Perlu waktu lama untuk menyembuhkan luka di hati ini. Bukan... bukan karena aku tidak ikhlas menerima semua takdir Ilahi atas cobaannya tehadap kami... Namun, luka ini terjadi karena marak aksi premanisme yang terorganisir yang meneror kami ( saya dan suami )
Begini ceritanya...
Singkat cerita, kami memberika diri untuk melakukan bisnis yang lebih besar (Kambing Qurban). Ini kali pertama kami melakukan bisnis kambing, walau di tahun sebelumnya kami sering menjadi makelar kambing.
Modal yang kami dapatkanpun bukan sembarang modal karena kami orang kaya... bukan, tapi semua berawal dari kerja keras yang luar biasa. Kamipun orang biasa yang merantau ke jakarta demi meraih impian kami
( Be Independent ) Alhamdullilah akhirnya mimpi untuk punya usaha besar terwujud.
Baru saja kami memulai untuk membuat kandang dari tanah yang kami sewa sebesar Rp.2,5 jt, di wilayah pinggiran Jakarta, sekelompok organisasi masyarakat menghampiri kami, dengan dalih "minta jatah" karena telah berbisnis di wilayahnya.. Tidak tanggung-tanggung mereka minta Rp.3 juta
Ketidaktahuan membuat kami menyerahkan uang itu, mereka berdalih uang itu untuk anak yatim... ya sudah, kami pun ikhlas, setelah nego, kamipun menyerahkan uang sebesar Rp.1,5 jt. Mereka memastikan tidak akan ada lagi Organisasi yang akan minta jatah, karena uang yang kami berikan akan di bagi-bagi juga. Sebenarnya kami bingung, bagaimana membagi uang dengan jumlah Rp.1,5 jt kepada anak yatim, cabang-cabang organisasi dll. Tapi, ya sudahlah..
Tidak sampai 1 minggu orang-orang dari organisasi yang sama datang kembali untuk "minta jatah" Astagfirullah...
Tidak sampai 1 minggu orang-orang dari organisasi yang sama datang kembali untuk "minta jatah" Astagfirullah...
Dan akhirnya satu demi satu "mereka" mendatangi kami. Bukan hanya 1 organisasi masyarakat, tapi dari ormas yang lainpun berdatangan. Mereka minta jatah di wilayah mereka sendiri. Miris bukan??? Mereka menjamin usaha kami akan aman. Kambing kami akan terjaga. Hingga malam itu tiba...
Kambing kami hilang diperkirakan pukul 05.00 subuh dini hari. MasyaAllah seperti mimpi buruk. Padahal tadi malam kami pulang dari lapak Pukul 01.00 pagi . Sengaja kami pulang jam 1 pagi, agar pekerja kami bisa istirahat, dan saat kami pulang mereka bersiap menjaga.
Kami sangat terpukul, apalagi ke tiga pekerja kami mengaku tidak tahu apa-apa. Hari itu juga kami lapor polisi, kami beharap ada sedikit pencerahan dari pihak berwenang itu, namun, olah TKP yang kami bayangkan akan menemukan banyak informasi, malah tidak dilakukan. Ah, mungkin memang seperti itu ya prosedurnya, kami juga tidak tahu...
Nasi sudah jadi bubur, mengandalkan polisi di zaman sekarang, hanya membuka harapan demi harapan yang tak pasti. Semoga masih banyak polisi yang bersungguh-sungguh dan bertanggung jawab dalam tugasnya.
Nasi sudah jadi bubur, mengandalkan polisi di zaman sekarang, hanya membuka harapan demi harapan yang tak pasti. Semoga masih banyak polisi yang bersungguh-sungguh dan bertanggung jawab dalam tugasnya.
Kami yakin, Allah akan mengganti dengan yang lebih baik...
2 comments:
Post a Comment